Di sebuah dunia yang mirip dengan milik kita, tahun 1999 ditandai dengan munculnya ancaman yang benar-benar baru. Sebuah jenis serangga kecil, Scarab, menjadi pusat perhatian dunia. Dalam kenyataan ini, scarab yang muncul dalam film The Mummy bukan hanya fiksi—mereka adalah ancaman nyata yang mematikan.
Prolog
Mesir, 1999.
Cahaya matahari menembus gurun pasir, memantulkan kilauan emas dari pasir yang mengelilingi piramida. Di tengah-tengah reruntuhan kuno yang baru saja digali oleh tim arkeolog, suara keras terdengar.
“Profesor, apa itu?!” teriak salah satu asisten arkeolog, menunjuk ke sebuah peti kuno yang baru saja dibuka. Dari dalam peti, segerombolan scarab—serangga kecil dengan tubuh mengkilat hitam-biru—tumpah dan segera menyebar ke seluruh penjuru.
"Apa ini...? Ini... serangga yang disebutkan dalam teks kuno," Profesor Mallory berbisik penuh kekaguman sekaligus ketakutan. "Tapi, mereka seharusnya sudah punah ribuan tahun yang lalu."
Bab 1 - Awal Teror
Di London, berita mengenai penemuan di Mesir mulai menyebar. Surat kabar, televisi, dan internet dipenuhi dengan berita tentang penemuan "Scarab yang Hidup". Awalnya, mereka dianggap sebagai penemuan arkeologis yang luar biasa. Namun, saat beberapa ilmuwan yang terlibat dalam penelitian mulai menghilang tanpa jejak, kecemasan mulai merasuki dunia.
Dialog
"Sarah, kamu mendengar berita itu?" tanya Jack kepada rekannya saat mereka duduk di sebuah kafe. Mata Jack tak pernah lepas dari layar televisi yang sedang menayangkan berita.
"Maksudmu tentang serangga Scarab itu? Iya... mereka bilang serangga itu memakan tubuh korbannya dari dalam. Itu pasti bohong, kan?" jawab Sarah sambil menatap layar dengan ragu.
"Tapi mereka menemukan tubuh Profesor Mallory di gurun, hanya tersisa tulangnya. Dan jejak Scarab ada di seluruh tubuhnya," kata Jack pelan, wajahnya pucat.
Bab 2 - Penyebaran Cepat
Scarab mulai menyebar ke seluruh dunia, terbawa oleh kapal kargo dan penerbangan internasional. Laporan mengenai korban yang ditemukan tanpa daging, hanya tersisa tulang belulang, semakin sering muncul. Mereka tidak hanya menginfeksi para arkeolog, tapi juga orang biasa yang tidak pernah menyentuh pasir Mesir.
Satu gigitan dari scarab akan mengirimkan racun yang membuat korbannya lumpuh. Setelah itu, mereka akan menggali masuk ke dalam tubuh korban dan mulai memakan daging dari dalam. Ini bukan hanya tentang kematian, tetapi ketakutan yang terus menghantui, ketidakmampuan bergerak saat tubuh mereka perlahan-lahan dihabisi oleh serangga kecil tersebut.
Narasi
Pemerintah di seluruh dunia mulai bereaksi. Negara-negara menutup perbatasan mereka. Wisatawan dari Mesir dilarang masuk. Kota-kota besar di seluruh Eropa dan Amerika ditinggalkan, berubah menjadi kota mati saat penduduk melarikan diri ke daerah pedesaan yang dianggap lebih aman.
Namun, tidak ada tempat yang benar-benar aman. Muncul laporan bahwa scarab telah beradaptasi dengan lingkungan baru, bertahan hidup di hutan, padang rumput, dan bahkan kota besar yang dingin.
Bab 3 - Efek Kupu-Kupu
Pada tahun 2000, keberadaan scarab mengubah dunia secara drastis. Ekonomi global terjun bebas ketika perdagangan internasional terhenti total. Pariwisata hancur. Orang-orang tidak lagi berani pergi ke museum atau mengunjungi situs kuno.
Teknologi mengalami kemunduran karena sebagian besar ilmuwan terbaik hilang saat mencoba meneliti serangga ini. Banyak kota besar berubah menjadi puing-puing karena ditinggalkan. Di sisi lain, ada negara yang berkembang menjadi militeristik, berusaha menciptakan teknologi pengendalian hama paling maju.
Dialog
"Kamu dengar apa yang terjadi di Paris?" tanya seorang pria di pasar gelap yang ramai, suaranya rendah dan penuh rahasia.
"Ya, katanya mereka mencoba membakar seluruh distrik menggunakan napalm hanya untuk membasmi scarab yang menyebar," jawab temannya sambil gemetar.
"Itu tidak cukup. Scarab sudah ada di seluruh Eropa. Bahkan aku dengar di Asia, mereka sudah beradaptasi dengan iklim lembab. Mereka tak bisa dihentikan," pria itu berbisik.
Bab 4 - Harapan yang Tipis
Di tengah kegelapan, harapan datang dari kelompok peneliti bawah tanah yang berhasil menemukan cara untuk mengendalikan populasi scarab. Mereka mengembangkan sebuah alat yang memancarkan frekuensi tertentu yang mampu mengusir scarab dalam radius tertentu. Meskipun belum sempurna, alat ini memberikan sedikit harapan kepada umat manusia.
Narasi
Namun, alat ini memiliki batas. Hanya mereka yang berpengaruh dan berkuasa yang bisa mengaksesnya. Rakyat biasa, mereka yang berada di pinggiran kota, dibiarkan berjuang sendiri. Ketidakadilan ini memicu pemberontakan di banyak negara, menggulingkan pemerintah yang tidak peduli pada keselamatan rakyat.
Di tempat-tempat yang bisa mengakses alat anti-scarab, kota-kota kecil mulai muncul kembali. Tapi harga teknologi ini sangat mahal, dan hanya segelintir yang bisa bertahan di dunia baru yang penuh ancaman.
Bab 5 - Akhir atau Awal?
Malam itu, di tengah kota New Cairo yang menjadi benteng terakhir manusia, sebuah pertemuan penting sedang berlangsung. Di dalam sebuah ruangan gelap, seorang perempuan tua yang penuh luka duduk berhadapan dengan seorang pemuda.
"Jadi, kamu pikir kamu punya solusi?" tanya perempuan tua itu, matanya berkilat penuh harapan dan ketakutan.
"Aku tidak yakin ini bisa menyelamatkan kita semua," jawab pemuda itu. "Tapi jika kita bisa menemukan sarang utama mereka di bawah Piramida Giza, mungkin kita bisa menghentikan ini semua."
"Jadi kita kembali ke tempat asal semuanya?" desis perempuan itu, tangannya gemetar.
"Ya, kembali ke awal... untuk mengakhiri semuanya."
Di bawah bulan purnama yang menggantung di langit, tim ekspedisi terakhir berangkat menuju Piramida Giza, tempat di mana semua ini dimulai. Tanah Mesir yang tandus menjadi saksi perjalanan mereka, penuh dengan harapan bahwa mereka bisa mengakhiri mimpi buruk ini, atau setidaknya, mati dalam usaha mereka untuk menyelamatkan dunia.
Namun, suara berbisik di angin gurun tetap menghantui mereka... suara dari scarab yang masih bersembunyi di bawah tanah, menunggu saat yang tepat untuk muncul kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar