1. Kecemasan yang Menggerogoti
Setelah kecelakaan itu, Mas Dodot mengalami hal yang sulit dijelaskan. Sejak ia sadar di rumah sakit, dunia terasa seperti tirai kabur, seperti ada bayangan kelam yang selalu mengikuti. Dokter bilang ia selamat meskipun luka-lukanya cukup parah. Tapi di kepalanya, ada sesuatu yang terus membisikkan keraguan.
“Dodot, kamu baik-baik saja?” tanya Rani, sahabatnya, ketika menjenguk.
“Ya... cuma, rasanya aneh, Ran. Seperti, aku... merasa ada sesuatu yang hilang dalam diriku,” jawab Mas Dodot sambil menerawang.
Rani tertawa kecil. “Kau habis kecelakaan, Dot. Wajar kalau masih bingung. Bersyukurlah kau masih hidup.”
Mas Dodot tersenyum samar, namun hatinya masih gundah. Ia ingin percaya bahwa hidupnya normal, tetapi setiap kali ia melihat cermin, wajahnya seperti memudar, seperti sesuatu dalam dirinya perlahan-lahan terkikis.
2. Bertemu Dirinya yang Lain
Beberapa minggu setelah kecelakaan, Dodot mulai merasakan kehadiran yang aneh. Pada suatu malam, ia mendengar suara bisikan lembut ketika sedang tertidur di kamarnya.
“Kau... seharusnya di sini bersamaku,” bisik suara itu.
Dodot terbangun dengan keringat dingin, matanya menatap ke arah jendela. Tapi yang dilihatnya bukan jendela, melainkan bayangan samar dirinya sendiri, sedang menatapnya penuh rasa iri.
“Siapa... siapa kamu?” tanya Dodot dengan suara gemetar.
“Aku... dirimu yang lain. Yang mati dalam kecelakaan itu.”
Mas Dodot mencoba mengabaikan suara itu, menganggapnya hanya ilusi akibat trauma. Namun semakin lama, semakin nyata kehadiran bayangan tersebut, seakan dirinya yang telah mati tak rela ditinggalkan begitu saja.
3. Bayangan di Dunia yang Berbeda
Suatu hari, Mas Dodot duduk di taman kota, mencoba menenangkan pikirannya. Ia mulai merasakan perasaan terasing dari dunia. Anak-anak yang berlari di sekitarnya tampak begitu jauh, meskipun berada dekat.
Ia menyandarkan tubuhnya ke bangku taman sambil melihat langit. Saat itulah ia merasa seluruh dunianya seperti berhenti.
“Kenapa aku merasa... terpisah dari dunia ini?” bisiknya lirih.
Di sampingnya, seorang pria tua tak dikenal tiba-tiba duduk dan menatapnya dengan senyum penuh arti. “Kau merasa seolah-olah berada di tempat yang bukan milikmu, bukan?”
Dodot terkejut. “Anda tahu apa yang saya alami?”
Pria itu mengangguk. “Kau adalah orang yang berada di ambang, Nak. Antara hidup dan mati. Itu adalah tempat yang paling menyesakkan, penuh dengan rasa tak pasti.”
4. Kejadian Aneh di Sekitar Mas Dodot
Kehidupan Dodot pun semakin penuh dengan pengalaman ganjil. Setiap kali ia melihat sesuatu yang familiar, ia merasakan deja vu yang menakutkan. Ketika ia menyusuri jalanan yang dulu sering ia lalui, semua terasa sedikit berbeda, seperti versi yang kusam dari dunia aslinya.
Saat berjalan di trotoar, ia melihat seorang wanita berdiri di sudut jalan, menatapnya tajam. Wanita itu tampak seperti mengenalinya, tetapi juga aneh, seperti bukan dari dunia yang sama.
“Mas, apa kau tahu aku?” tanya wanita itu dengan suara bergetar.
“Aku... tidak tahu,” jawab Mas Dodot ragu. Namun, jauh di dalam dirinya, ada perasaan aneh bahwa wanita ini pernah menjadi bagian dari hidupnya, mungkin di sisi lain dari realitas ini.
Setiap interaksi yang dialaminya selalu menyisakan kegelisahan mendalam, seolah-olah ia melihat sekilas orang-orang yang seharusnya tak ia temui.
5. Terusir dari Dunia Orang Hidup
Pada suatu malam, Dodot menyadari sesuatu yang sangat mengganggu. Ketika ia menyentuh benda-benda, semuanya terasa dingin, bahkan lebih dingin dari biasanya. Ketika ia mencoba berbicara dengan teman-temannya, mereka sering tampak tidak menyadari keberadaannya, meski ia berdiri tepat di depan mereka.
Pada saat itu, ia memberanikan diri bertanya pada Rani, sahabatnya.
“Ran, pernahkah kau merasa... aku seolah bukan bagian dari dunia ini?” tanya Dodot, menatapnya serius.
Rani tertawa kecil, namun ada rasa cemas di wajahnya. “Kenapa, Dodot? Kau masih merasa seperti itu?”
Dodot mengangguk. “Rasanya... aku ini cuma bayangan yang terperangkap. Setiap kali aku menatap orang lain, mereka seperti memudar.”
Rani menghela napas panjang. “Mungkin kau memang butuh terapi, Dot. Kau harus menerima bahwa kau hidup... kau ada di sini, bersamaku.”
Tetapi dalam benaknya, Dodot tidak bisa berhenti merasakan ada celah yang semakin lebar antara dirinya dan dunia orang hidup.
6. Akhir yang Tak Terhindarkan
Beberapa bulan kemudian, Dodot tidak lagi mampu membedakan dunia yang nyata dan ilusi. Suatu malam, ia terbangun di suatu tempat asing yang gelap. Di sekitarnya, bayangan samar tampak seperti mencerminkan dirinya. Lalu, terdengar suara yang familier: suara dirinya sendiri, namun dari masa yang lalu.
“Kau seharusnya mati di kecelakaan itu,” suara tersebut berkata dengan tajam. “Kau di sini karena menolak menerima takdirmu.”
Dodot terdiam, jiwanya terasa kosong. Pada saat itu, ia menyadari kebenaran yang menakutkan—bahwa ia hidup di ruang antara, terjebak sebagai orang yang tak sepenuhnya mati namun juga tak sepenuhnya hidup.
Dan malam itu, ketika dunia masih terlelap, Mas Dodot akhirnya memilih untuk menutup matanya dan menerima bayangan dirinya yang lain. Ia tahu, untuk benar-benar bebas, ia harus melepaskan segala keinginan untuk tetap berada di dunia ini.
Dalam kegelapan yang hening, Mas Dodot pun menghilang, menyatu dengan dirinya yang seharusnya mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar