FIKSI SOSIAL-BUDAYA DAN SEPAKBOLA: SOUND HOREG MENGGEMA DI LAPANGAN BOLA INTERNASIONAL

Di markas FIFA di Zurich, rapat darurat berlangsung dengan agenda yang tidak biasa. Di antara berbagai kebijakan terkait peraturan baru sepak bola, ada satu keputusan yang mengejutkan para hadirin: mulai musim depan, semua stadion yang menyelenggarakan laga internasional diwajibkan memainkan musik sound horeg untuk membangkitkan semangat suporter dan atlet. Dentuman khas dari Jawa Timur ini akan mengiringi setiap momen pertandingan – mulai dari Piala Dunia hingga Liga Champions.

Di pinggir meja rapat, Alexandre Leclerc, perwakilan dari Prancis, mengangkat tangannya, tampak skeptis. “Tunggu sebentar. Anda ingin setiap stadion di Eropa dan Amerika Selatan… memainkan sound horeg? Apakah kita semua sepakat akan hal ini?”

Giovanni Bellucci, perwakilan Italia, ikut angkat bicara. “Bayangkan bagaimana reaksinya nanti. Fans Italia biasa dengan chanting dan musik tradisional yang membawa nuansa perjuangan. Kalau mereka mendengar sound horeg, mungkin mereka malah bingung. Ini… sangat berbeda dari budaya sepak bola kita.”

Di ujung meja, Thomas Wagner, perwakilan dari Jerman, menimpali dengan sedikit ragu. “Tapi bukankah kita di sini untuk merangkul keberagaman? Mungkin saja sound horeg bisa memberikan nuansa baru, seperti FIFA katakan – semangat dan energi yang berbeda di setiap pertandingan.”

Sementara mereka berdiskusi, Ketua FIFA, Hans Müller, berdiri untuk memberi penjelasan lebih lanjut. “Sound horeg telah terbukti membawa semangat luar biasa dalam acara-acara di Amerika dan Eropa beberapa bulan terakhir. Kami ingin membawa elemen baru yang bisa menyatukan dunia sepak bola dengan energi yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Sound horeg ini akan menambah gairah di stadion, seperti api yang membakar semangat para pemain.”


Di tempat lain, tepatnya di Stadion Wembley, Inggris, kabar tentang keputusan FIFA ini sampai ke telinga para suporter. Dua penggemar setia, Jack dan Liam, duduk di sebuah pub sambil membicarakan isu tersebut.

“Jadi, FIFA benar-benar serius, ya?” tanya Liam sambil meneguk birnya. “Mulai musim depan, kita bakal dengar sound horeg di tiap laga internasional?”

Jack tertawa, tampak tak percaya. “Aku nggak habis pikir, Liam. Maksudku, Wembley punya atmosfernya sendiri, chanting khas Inggris yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi sekarang, bayangkan seluruh stadion dihantam suara dentuman dari musik jalanan Jawa Timur. Serius, ini akan jadi pengalaman yang aneh!”

Di stadion lain, tepatnya di Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, persiapan pertandingan La Liga antara Real Madrid dan Barcelona mulai terasa. Suasana kali ini jauh berbeda. Sesuai dengan aturan FIFA, sound horeg mulai menggema di seluruh penjuru stadion, menggantikan musik klasik yang biasa dimainkan untuk mengiringi para pemain memasuki lapangan. Para suporter berteriak, setengah bingung, setengah kagum.

“Que es esto?” teriak Alejandro, seorang pendukung setia Real Madrid, kepada temannya, Marco. “Apa ini? Musik apa yang sedang dimainkan?”

Marco tertawa sambil menutup telinga sesaat. “Ini, Alejandro, namanya sound horeg! Musik dari Indonesia, katanya sih buat bikin stadion makin semangat. Rasanya lebih seperti fiesta di jalanan daripada pertandingan bola.”

Namun, semakin lama dentuman itu terdengar, semakin banyak suporter yang mulai menggerakkan tubuh mengikuti irama. Dentuman keras dan energik sound horeg menciptakan suasana yang berbeda, seolah setiap suporter menjadi satu kesatuan dalam irama yang sama.


Di Indonesia, khususnya di Surabaya, kebijakan FIFA ini menjadi kebanggaan nasional. Di sebuah warung kopi yang ramai, beberapa pria berkumpul untuk menonton berita internasional yang menyiarkan reaksi dunia terhadap sound horeg di pertandingan sepak bola.

“Heh, Pak De!” panggil Dani pada teman duduknya. “Gendeng tenan iki FIFA, lho. Saiki stadion sepak bola sedunia kudu muter sound horeg. Wong Eropa sampe kaget kabeh!”

Pak De tertawa, bangga sekaligus terkejut. “Ora nyongko aku, Le. Dadi saiki awakmu iso melok ngrungokke horeg nang Bernabeu karo Camp Nou, yo? Iso ngguyu aku iki.”

Dani tersenyum lebar. “Iyo, Pak De. Sing dulu dipikir musik ndeso, saiki malah jadi wajib di stadion gede. Aku malah pingin dolan nang Eropa, ndelok wong-wonge nari horeg nang lapangan.”

Kebijakan baru FIFA ini mengundang reaksi beragam dari berbagai penjuru dunia. Di stadion-stadion besar, protes sempat terjadi, namun perlahan-lahan para suporter mulai terbiasa. Pada akhirnya, setiap gol yang tercipta kini disambut dengan dentuman keras sound horeg, menggema di seluruh stadion, memicu semangat luar biasa yang menyebar di antara pemain dan suporter.


Di pertandingan final Liga Champions yang sangat dinanti, para pemain dari dua klub terbesar di Eropa sudah bersiap di ruang tunggu, menunggu giliran untuk memasuki lapangan. Di antara mereka, Lionel, seorang pemain asal Prancis, berbincang dengan rekannya dari Brasil, Diego.

“Apa menurutmu sound horeg ini cocok untuk pertandingan besar seperti ini?” tanya Lionel sambil merapikan kaus kakinya.

Diego mengangguk pelan. “Awalnya memang terasa aneh. Tapi, setelah beberapa pertandingan, aku mulai merasakan energinya. Dentuman itu… membuatku lebih bersemangat, seperti ada kekuatan yang mengalir setiap kali musik itu dimainkan. Ini bukan sekadar musik, Leo. Ini seperti… panggilan untuk bertarung.”

Saat mereka melangkah ke lapangan, dentuman sound horeg langsung menyambut, menyatu dengan sorak-sorai ribuan penonton. Stadion bergemuruh dengan energi yang tak biasa, seolah-olah setiap hentakan sound horeg menciptakan gelombang semangat baru, menular ke setiap orang yang ada di stadion.

Di akhir pertandingan, seorang jurnalis mendekati Diego dan bertanya tentang pengalamannya bermain dengan sound horeg sebagai latar musik.

Diego tersenyum sambil menghela napas. “Dentuman itu seperti suara semangat dari tempat yang jauh, suara dari budaya yang mungkin tidak pernah kita kenal, tapi kini menjadi bagian dari kita. Saat mendengarnya, aku merasa seperti pemain dari seluruh dunia, bukan hanya untuk satu klub atau satu negara. Aku merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.”

Sound horeg kini bukan hanya simbol kebanggaan bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagian dari perayaan sepak bola global. Dari stadion-stadion megah di Eropa hingga pelosok jalanan di Surabaya, dentuman khas ini menyatukan para pemain, suporter, dan budaya-budaya yang berbeda dalam satu irama yang mendunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar